Friday, September 15, 2017

Mengenal Produk Perawatan Organik Bersama Skin Dewi




Memiliki kulit yang cantik dan sehat sudah pasti dambaan setiap orang. Tidak hanya perempuan, saya yakin laki-laki juga ingin memiliki kulit yang sehat dan bersinar. Jerawat? Uhh! Orang-orang yang kulitnya bermasalah dengan jerawat kronis atau kondisi kulit lainnya seperti alergi, butterfly rush, dan sebagainya pasti tau gimana frustrasinya kulit yang tidak sehat. Bukan cuma tidak terlihat cantik, tapi rasanya pun gak nyaman karena tingkat sensitivitas yang tinggi dapat menyebabkan sakit atau perih.


Kali ini, saya beruntung banget mendapatkan kesempatan bertemu berbincang (dan mini workshop, yay!) dengan Mbak Dewi Kauw, pemilik produk perawatan kulit Skin Dewi bersama Dita, Mbak Ani Berta dan teman-teman blogger lainnya. Yang akan kita bahas lebih lanjut sih gimana caranya mendapatkan kulit yang lebih sehat dengan menggunakan bahan-bahan yang alami dan organik, berdasarkan pengalaman pribadi Mbak Dewi.


Awal Mula Terbentuk Skin Dewi

Jadi gini, awal mulanya Skin Dewi ini terbentuk tuh karena kondisi kulit anak keduanya yang memiliki alergi dan atopic dermatitis ketika lahir. Pada saat itu Mbak Dewi cukup frustrasi dengan kondisi kulit anaknya yang merah-merah alergi dan tidak juga membaik setelah dibawa ke dokter anak. Sampai akhirnya disarankan untuk diperiksa ke dokter spesialis dermatologi deh karena kondisinya sudah cukup parah. Dari situ baru lah ketahuan kondisi tersebut namanya atopic dermatitis atau eczema/eksim. 


She's so expressive!

Eksim ini sendiri klasifikasinya banyak sekali. Umumnya anak yang mengidap atopic dermatitis ini orang tuanya (bisa salah satu atau keduanya) ada yang memiliki riwayat alergi. Alerginya bermacam-macam, bisa makanan, debu, atau apa saja. Kemungkinan besar bisa menurun ke anaknya dan tingkat alerginya sendiri juga tinggi. 

Duh! Saya termasuk orang yang memiliki riwayat alergi cukup lumayan. Dari ibu, kakak saya, sampai ke adik saya semuanya memiliki alergi dan efeknya pun beragam. Jadi khawatir kalau nanti seandainya saya punya anak, menurun ke dia. Jadi, ilmu workshop kali ini sangat berguna untuk saya dan semakin menambah semangat dan keinginan saya belajar naturopathy dan homeopathy.

Pengobatan dari dokter sih sudah diberikan resep salep, tapi gak membantu banyak. Soalnya setiap salepnya berhenti dipakai, mulai kambuh lagi merah-merahnya. Ternyata, salep tersebut merupakan steroid. Steroid ini berfungsi sebagai anti inflamasi dan sebenarnya tidak dapat digunakan untuk jangka panjang karena dapat menyebabkan kulit menjadi resisten. Jadi kalau terus digunakan, dosisnya akan bertambah terus. Steroid tidak menyembuhkan, hanya menahan atau mengurangi gejalanya, kalau setop dipakai ya gejalanya muncul lagi. Akhirnya supaya tidak ketergantungan steroid, Mbak Dewi mulai mengeksplorasi DIY routines yang menggunakan bahan alami.

Melalui hasil baca dan riset, Mbak Dewi menemukan kalau jaman sekarang banyak banget anak-anak yang mengidap eksim. Kalau jaman dulu perbandingannya hanya 1:10, jaman sekarang bisa 1:4 lho. Kenapa sekarang bisa tambah banyak? Salah satu penyebabnya itu bisa dari pola makan, produk perawatan atau kosmetik yang kita pakai, dan polusi. Eksim itu merupakan salah satu indikasi kalau dalam badan kita ada sistem yang tidak benar, hasilnya jadi gatal-gatal karena reaksi alergi.


Perjalanan Menuju Pembuatan Produk Perawatan Organik

Ternyata pembuatan dan penggunaan produk berbahan organik tidak semudah itu. Melalu trial dan error, bahan yang katanya alami seperti shea butter ternyata tidak cocok pada kulit anaknya. Bukannya sembuh, eh malah tambah parah kondisinya. Perlu diingat bahwa yang namanya natural atau organik bukan berarti akan langsung cocok untuk semua orang, tetap saja akan ada reaksi yang berbeda-beda. Satu bahan cocok di satu orang, belum tentu di orang lainnya akan cocok. Kalau tidak cocok bukan berarti bahan tersebut tidak bagus. Tidak bisa disamakan karena masing-masing kebutuhan dan sensitivitas kulit manusia kan berbeda.


"Kulit kita ini unik, masing2 kulit kita tuh berbeda. Organik harusnya bagus, tapi ternyata tetap aja cocok2an," ujar Mbak Dewi.



Kalau memakai suatu produk lalu kulit kita bereaksi menjadi kemerahan atau gatal-gatal, segera hentikan pemakaian produk tersebut. Bisa jadi itu merupakan reaksi alergi karena tidak cocok dengan kandungan bahan di dalamnya. Jangan percaya kalau ada yang bilang, "gak papa lanjut aja, kulitnya lagi detox kok". NO NO NO! Segera hentikan pemakaian kalau memang hal itu terjadi.

Mbak Dewi akhirnya terinspirasi untuk membuat/meracik produk sendiri karena pada saat beliau pergi ke Jerman, Mbak Dewi sangat terkesan dengan produk berbahan alami dan organik di sana. Produk tersebut memiliki tempat tersendiri di supermarket di sana. Sampai akhirnya Mbak Dewi mengambil kelas diploma di School of Natural Skincare untuk belajar lebih lanjut. Karena masih merasa belum puas, Mbak Dewi mendaftar lagi di Formula Botanica untuk mengambil advanced diploma dan kelas sertifikasi lainnya. Selain itu, Mbak Dewi masih punya sertifikasi di bidang minyak atsiri (essential oils) untuk kulit dari Tisserand Institute by Robert Tisserand dan juga sertifikasi Perfumery di Grasse Institue Perancis. Latar belakang Mbak Dewi sendiri, beliau adalah lulusan Chemical Engineering di University of Washington.

OMG! If I have so much money, I will take a lot of classes as well. 

Tujuan Mbak Dewi membentuk Skin Dewi ini karena passion beliau yang ingin mebantu orang-orang untuk mendapatkan kulit sehat. Berdasarkan pengalaman beliau sebagai ibu dengan anak yang mengidap atopic dermatitis, beliau tahu banget bagaimana rasanya perjuangan ibu-ibu lain yang senasib. Dari awal perjalanannya berkecimpung di dunia skincare organik, Mbak Dewi sudah membantu banyak orang mengatasi masalah kulit mereka. 

"Saya gak bilang steroid itu jahat dan natural itu bagus, saya bukan orang hitam atau putih, semua itu harus ada balance-nya gak semua yg natural efektif dan cocok buat semua orang. Gak semua yang sintetis itu jahat dan gak boleh disentuh sama sekali, saya gak seperti itu", lanjut Mbak Dewi.

Kalau kamu punya masalah kulit, bisa langsung hubungi Mbak Dewi melalu situs Skin Dewi lho. Beliau orangnya baik dan rendah hati sekali! Selama mengobrol, beliau bersedia mendengarkan curhatan saya soal kondisi kulit saya dan juga ibu saya yang (dari gejalanya) sepertinya mengalami eksim juga. Saya bahkan diberikan satu paket produk SkinClaire untuk dicoba oleh ibu saya. Sayangnya saat ini di situs Skin Dewi sudah terjual habis.


SkinClaire, lini produk Skin Dewi untuk eczema.

You know what, selama saya mengobrol dengan Mbak Dewi, saya foookuuuuus banget ke kulit wajahnya yang bersih, cerah, dan bersinar. Bikin saya iri banget! Kami juga mengobrol soal kondisi kulit saya seperti apa dan saya disarankan untuk memakai produk Skin Dewi yang berbahan dasar Hazelnut Oil untuk pelembabnya. 

Cleansing Milk Skin Dewi, saya direkomendasikan memakai yang Hazelnut.

Selintas Obrolan Mengenai Bahan-Bahan Alami dan Organik

Tren gaya hidup saat ini sepertinya mulai kembali ke alam dan hidup sehat ya? Banyak banget teman-teman saya yang rajin berolahraga, memilih makanan sehat, mengusung menu diet tertentu, dan juga memilih produk-produk yang alami dan ramah dengan alam. Menurut saya sih bagus banget! Cuma nih, di tengah derasnya informasi dari mana-mana, kita juga harus jadi smart user dan jangan sampai kita terjebak oleh gimmick marketing semata.

Sekarang kan banyak tuh, produk konsumsi seperti makanan, minuman, perawatan badan, dsb yang menggunakan label 'chemical free' atau 'bebas bahan kimia'. Sebenarnya tepat gak sih? Kalau dibilang bebas bahan kimia ya jelas salah lah. Saya juga suka gregetan sama yang kaya gitu-gitu. Air dan oksigen aja sudah merupakan unsur kimia, air itu H20 dan oksigen itu O2. Betul gak? Mungkin harusnya penggunaan label yang lebih tepat adalah 'bahan kimia berbahaya' untuk bahan-bahan kimia yang beracun ke tubuh manusia apabila dikonsumsi, pun berbahaya bagi lingkungan.

Menurut Mbak Dewi, tidak selamanya bahan yang sintetis itu buruk dan yang natural itu bagus. Ada juga bahan natural yang ternyata beracun untuk tubuh atau ternyata tidak cocok untuk satu individu. Sintetis dan natural bisa dipakai sesuai keperluan dengan dosis yang tepat. Balik lagi seperti yang saya jelaskan di atas, tergantung cocok atau tidak. Pernah dengar kan istilah 'semua obat itu racun, kecuali dengan dosis yang tepat'. Pandangan saya ke bahan natural ya sama aja kaya gitu, sesuatu yang berlebihan itu kan tidak bagus, sewajarnya saja.

Gift dari Mbak Dewi, Rosehip Vit C Facial Treatment.

Pelembab wajah dan pelembab bibir

Serum dari Hemp oil


Soal Essential Oils


Ada yang nanya, kenapa harga essential oil bisa beda-beda? Di toko ini murah tapi kok di toko lain mahal banget? Sebenarnya, mahal atau tidaknya essential oil tergantung dari banyak faktor. Misalnya mudah atau sulitnya bahan tersebut didapatkan, kapan bahan tersebut dipanen (jamnya benar atau salah), cuaca pada saat penanaman seperti apa, dsb dsb. Nantinya, harga bisa berbeda dari hasil akhir penyulingannya bagaimana. Proses penyulingan sendiri berbeda-beda, proses tersebut akan menghasilkan kualitas yang berbeda juga. Contohnya seperti roasting kopi kali ya, proses berbeda kan hasil roasting-nya juga akan berbeda.


Kalau kita mau beli essential oil, mungkin kita akan lihat di penjelasannya kalau ada yang food grade, cosmetic grade, atau therapeutic grade. Bedanya apa sih sebetulnya? Ternyata yang dibilang food, cosmetic, atau pun theraupetic grade itu sebenarnya sama aja, karena sama-sama disuling. 

Apakah essential oils itu boleh dikonsumsi? Harus hati-hati. Harus dengan certified aromatherapist yang sudah sekolah dan belajar sehingga mengerti bagaimana cara mengonsumsinya. Seperti obat, bahan-bahan natural pun ada dosisnya. Cara minumnya saja berbeda-beda, bukan sekadar tuang lalu minum, itu berbahaya banget, ada cara dan dosisnya. Karena plastik saja bisa hancur kena essential oil, apalagi lambung dan tubuh kita? 

Buat kita yang awam banget kaya gini mau minum essential oil? 
I PREFER NOT TO. Saya termasuk orang yang berada di aliran TIDAK MINUM essential oil.

Ada orang yang mengonsumsi essential oils, setelah bertahun-tahun baru terasa efek buruknya. Awalnya sih gak terasa gimana-gimana, karena efeknya perlahan dan gak langsung. Kita minum teh saja cuma butuh beberapa helai daunnya, itu pun sudah sangat terasa. Bayangkan kalau kita minum essential oils, itu mau berapa kilo bahan yang kita minum dalam setiap tetesnya? Pasti akan kenceng banget itu ke tubuh.


Kalau untuk essential oil, sebenarnya antara yang produk organik dan tidak itu berpengaruh atau tidak? Ataukah hanya sekadar gimmick marketing juga? Kalau yang ini sih memang berpengaruh, bukan cuma sekadar gimmick marketing saja. Tanaman organik itu selama penanamannya tidak menggunakan pestisida, pupuk-pupuk kimia dan beracun, lokasi tanamnya cukup terisolasi dan jauh dari polusi, dan kemudian prosesnya nanti seperti apa. Suatu bahan yang awalnya natural (dari tumbuhan) tapi bila prosesnya tidak alami dengan diberikan tambahan bahan kimia, nantinya tidak bisa disebut bahan natural lagi. Jadi bahan-bahan natural yang organic certified itu dari awal sumber, proses, hingga hasil akhirnya itu tetap menggunakan bahan-bahan yang alami dan aman.

Absolute oil dan essential oil sebenarnya sama atau berbeda? Beda! Essential oil diproses melalui penyulingan dengan air (steam), sedangkan absolute oil diproses melalui penyulingan dengan hexaneHexane merupakan salah satu turunan dari petroleum dan bersifat toxic atau beracun. Tau dong petroelum itu dari mana? Yak betul, dari minyak bumi. Jadi pastikan label sebelum membeli ya, biar gak salah beli.

Saya sendiri sih tau istilah 'absolute oil' itu pas cari-cari bahan untuk bikin skincare sendiri. Karena saya juga orangnya alergian, saya berusaha menyederhanakan hidup saya dengan bikin roller blend (untuk mengurangi obat dokter) dan skincare DIY, walaupun penggunaan bahan lebih banyak di VCO dan bahan dapur. Mungkin kapan-kapan saya bikin postingan tersendiri (kalau gak males-males amat). Absolute oil itu setahu saya banyak digunakan di industri parfum, tapi ternyata kata Mbak Dewi banyak juga industri skincare yang memakai minyak absolut. Mungkin kata 'fragrance' yang biasa ada di label skincare itu merupakan minyak absolut kali ya?

Bersama Dita dan Mbak Dewi




Mini Workshop

Salah satu sesi yang menyenangkan adalah sesi mini workshop! Di sini kami mencoba praktek membuat produk kami sendiri dan hasilnya bisa dibawa pulang. Yay! Yang akan kami buat kali ini adalah scrub. Untuk jenisnya sendiri bisa kami pilih mau scrub untuk badan atau untuk wajah. Ada dua jenis scrub yang dibuat, yaitu scrub kopi dan scrub bunga rosella-bambu. Saya sih membuat scrub wajah bunga rosella-bambu dan Dita membuat scrub kopi. Sengaja beda supaya kami bisa saling nyobain. Untuk detailnya proses pembuatannya, akan dibuat di postingan terpisah di sini ya!



Scrub kopi buatan Dita dan Scrub Rosella-Bambu buatan saya.


Sertifikat Halal

Sampai saat ini Skin Dewi belum mendapatkan sertifikat halal karena memang masih dalam proses pengajuan. Produknya sendiri insyaallah halal karena dibuat dari bahan-bahan alami yang organic certified. Untuk mendapatkan organic certified itu sulit banget, banyak instrumennya dan juga tidak diujicobakan kepada hewan. Untuk kamu yang masih ragu-ragu, gak usah khawatir deh kalau kamu mau pakai produknya. Aman kok!


Buah tangan workshop hari ini dan ada produk rekomendasi yang ingin saya coba.


Tertarik Ikut Workshop di Skin Dewi?

Kalau kalian tertarik ingin ikut workshop di Skin Dewi, bisa langsung buka situs Skin Dewi. Dari segi biaya mungkin bagi sebagian orang sih cukup mahal (12 yuta, kak!), tapi namanya ilmu itu kan investasi ya. Apalagi dengan latar belakang pendidikan Mbak Dewi yang seperti saya jelaskan di atas, saya yakin kamu gak akan rugi. Kamu akan dapat buku yang kurikulumnya disusun sendiri oleh Mbak Dewi dan mendapat bahan-bahan organik pilihan yang diimpor dari berbagai sumber untuk materi praktek. Dita sih udah rencana ambil kelasnya, cuma agak telat kloter yang kemarin karena sudah penuh. 

Kalau buat saya pribadi sih, biaya segitu gak murah. Banget. Apalagi saat ini saya lagi berusaha fokus untuk ambil kelas Bach Flower Remedies. Tapi biar belajar soal kulit dan produk organik di jalur yang benar, saya akan mulai nabung dulu untuk ambil kelasnya tahun depan. Daripada cuma liat DIY di blog atau YouTube tanpa ada dasar ilmu yang jelas, mending sekalian sama ahlinya. I'm sure it's gonna worth it!




Bersama Mbak Dewi. Look at her skin!

Scrub Rosella-Bambu dan goodie bag workshop

Bareng teman-teman blogger lainnya.


Terima kasih KomunitasISB yang sudah mengajak saya ikut serta. Senang banget dapat teman dan ilmu baru!



4 comments:

  1. Ini bamboo scrubnya pake bambu beneran gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya beneran, tapi sudah dihaluskaan. Jadi tinggal campur-campur ajaaa.

      Delete
  2. Menarik ya dan saya jadi tahu fakta microbeads yang bikin ikan2 pada keracunan :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa. Kebetulan soal micro beads itu sih aku tau udah lama, jadi skrg udah gak pake lagi scrub yg microbeads. Gak bagus buat lingkungan. :(

      Delete